Rabu, 20 November 2013

Emile Durkheim : Suicide

       Telah dijelaskan bahwa studi Durkheim tentang bunuh diri adalah contoh paradigmatic dari bagaimana seharusnya sosiologi menghubungkan teori dan penelitian. Teori bunuh diri Durkheim bisa dilihat lebih jelas jika kita mencermati hubungan jenis-jenis bunuh diri dengan dua fakta sosial utamanya –integrasi dan regulasi. Integrasi merujuk pada kuat tidaknya keterikatan dengan masyarakat. Regulasi  merujuk pada tingkat paksaan eksternal dirasakan individu. Ada 4 macam bunuh diri yang dikelompokkan oleh Durkheim, yaitu :
1.       Bunuh Diri Egoistis
Tingginya angka bunuh diri egoistis dapat ditemukan dalam suatu masyarakat dimana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas. Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat dan masyarakat pula bukan bagian dari individu.
2.       Bunuh Diri Altruistis
Tipe bunuh diri kedua ini adalah bunuh diri altruistis. Kalau bunuh diri egoistis terjadi ketika integrasi sosial melemah, bunuh diri altruistis terjadi ketika “integrasi sosial sangat kuat”. Secara harfiah, dapat dikatakan individu terpaksa melakukan bunuh diri.
3.       Bunuh Diri Anomik
Bentuk bunuh diri yang ketiga adalah Bunuh diri anomik, yang terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Angka bunuh diri anomik bisa meningkat terlepas dari apakah gangguan itu positif (missal, peningkatan ekonomi) atau negative (penurunan ekonomi). Periode gangguan ini melepaskan arus anomi –rasa ketercerabutan dari akar dan rasa kehilangan norma-norma mengikat- dan arus ini cenderung mempertinggi angka bunuh diri anomik. Kasus ini relative mudah ditemui dalam suasana depresi ekonomi.
4.       Bunuh Diri Fatalistis
Kalau bunuh diri anomik terjadi dalam situasi dimana regulasi melemah, maka bunuh diri fatalistis justru terjadi ketika regulasi meningkat. Durkheim menggambarkan seseorang yang melakukan bunuh diri fatalistis seperti “seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang menindas”. Regulasi tertekan yang terlalu banyak akan melepaskan arus kesedihan, yang pada gilirannya, menyebabkan peningkatan angka bunuh diri fatalistis.

         Durkheim berpendapat bahwa arus sosial dapat mempengaruhi angka bunuh diri. Bunuh diri individual dilandasi oleh arus egoism, altruism, anomi, dan fatalistis ini. Bagi Durkheim, hal ini membuktikan bahwa arus tersebut lebih dari sekedar kumpulan arus-arus individual, akan tetapi paksaan sui generis, karena menguasai keputusan individu. Tanpa asumsi ini, angka bunuh diri dalam suatu masyarakat tidak akan bisa dijelaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar